Selasa, 21 Mei 2013

SEJARAH IAID


Institut Agama Islam Darussalam (IAID) adalah Perguruan Tinggi Agama Islam yang menggabungkan pendidikan akademik dengan pendidikan kepesantrenan, yaitu Pondok Pesantren Darussalam. Pendidikan Tinggi Islam yang lahir pada tanggal 1 Juni 1970 ini sejak lama dipercaya pemerintah dan masyarakat untuk mendidik calon-calon sarjana-ulama-cendekia, yang memiliki visi ke-Islam-an, keilmuan, kebangsaan dan kemasyarakatan.

Kepercyaan itu dibuktikan dengan jumlah ribuan alumni yang tersebar hampir di seluruh pelosok nusantara dalam berbagai peran dan kedudukan.
Pada awal berdirinya, IAID hanya memiliki satu fakultas, yaitu Fakultas Syari’ah. Kemudian melalui usaha keras, saat ini telah ada tiga fakultas dan satu program, yaitu Fakultas Syari’ah (Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah), Fakultas Tarbiyah (Program Studi Pendidikan Agama Islam dan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah), Fakultas Dakwah (Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam), dan Program Pascasarjana/S2 (Program Studi Pendidikan Islam.
Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah pernah didirikan, tetapi kemudian diubah menjadi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sesuai dengan tuntutan dan perkembangan yang ada. Program Diploma PGSD/PGMI juga pernah ada tetapi kemudian ditingkatkan statusnya dari Program Diploma menjadi Program Strata Satu.

Perilaku Tertentu pada Bayi Bisa Merupakan Ciri Awal dari Autisme


Para peneliti di Canada dan Amerika menemukan 16 ciri2 awal perilaku bayi yang merupakan prediksi akurat untuk timbulnya autisme dikemudian hari.

Para peneliti di Canada dapat menunjukkan bahwa perilaku tertentu pada bayi bisa meramalkan dengan cukup akurat bahwa akan berkembang menjadi gejala autisme.
Suatu penelitian yang masih sedang berjalan pada 200 bayi Canada adalah penelitian terbesar yang pernah dilakukan. Bayi2 tersebut mempunyai kakak yang terdiagnosa dengan ASD (Autism Spectrum Disorder). Mereka dipantau terus selama lebih dari 24 bulan. Penemuan awal ini telah dipublikasikan bulan April dalam International Journal of Developmental Neuroscience.

Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai seorang anak autistik mempunyai kemungkinan mempunyai anak autistik lagi sekitar 5-10 persen.
Penelitian Canada dimulai sebagai kerja sama antara McMaster University (Offord Centre for Child Studies in Hamilton), The Hospital for Sick Children di Toronto, dan
IWK Health Centre in Halifax. Penelitian ini telah menarik perhatian nasional.Semula dibiayai oleh The Hospital for Sick Children Foundation, sekarang dibiayai oleh The Canadian Institute of Mental Health Research, penelitian ini berkembang dan mengikut sertakan 14 kota diseluruh Canada dan Amerika.
Penelitian ini akhirnya menjadi kerja sama yang besar antara Canada dan Amerika.

Dari seluruh gangguan perkembangan yang ada, Retardasi Mental adalah yang terbanyak, kemudian disusul oleh Gangguan Spektrum Autisme. Meskipun seluruh kumpulan gejalanya luas, bisa sangat ringan maupun sangat berat, namun semuanya menunjukkan gangguan dalam bidang, komunikasi, interaksi sosial dan perilaku.
Gangguan ini demikian kompleksnya dan diagnosanya tergantung dari kemampuan dan pengalaman klinis pemeriksa, oleh karena instrument yang bisa mengukur autisme untuk bayi belum ada.

Saat ini para peneliti Canada membuat instrument tersebut yang disebut : Autism Observation Scale for Infants (AOSI). Instrumen ini mengukur perkembangan bayi mulai 6 bulan, mencari 16 ciri-ciri yang khas yang menimbulkan risiko timbulnya autisme, seperti misalnya :

- tidak mau tersenyum bila diajak senyum
- tidak bereaksi bila namanya dipanggil
- temperamen yang passif pada umur 6 bulan, diikuti dengan iritabilitas yang tinggi
- kecenderungan sangat terpukau dengan benda tertentu
- interaksi sosial yang kurang
- ekspresi muka yang kurang hidup pada saat mendekati umur 12 bulan.
- pada umur satu tahun anak-anak ini lebih jelas menunjukkan gangguan komunikasi dan berbahasa.
- bahasa tubuhnya kurang
-  pengertian bahasa reseptif maupun ekspresif rendah.

Apakah cirri-ciri diatas ini merupakan ciri dini dari autisme, atau merupakan perilaku yang menyebabkan berkurangnya kemampuan sosialisasi sehingga timbul gangguan perkembangan seperti autisme ? Bagaimanapun hasil penelitian ini akan membuat kita lebih mengerti kapan autisme pada seorang anak mulai timbul.
Dr Zwaigenbaum mengatakan bahwa kekuatan prediksi dari cirri-ciri ini sangat kuat. Dari anak yang telah dipantau selama 24 bulan, yang kemudian benar-benar terdiagnosa sebagai ASD , menunjukkan sedikitnya 7 dari 16 ciri-ciri tersebut. Dengan mengenali ciri2 tersebut sedini mungkin, diagnosa bisa ditegakkan sedini mungkin, dan  intervensi bisa dimulai lebih dini. Hal ini akan mempengaruhi masa depan anak tersebut.

Jessica Brian, salah seorang yang turut mengambil bagian dalam penelitian tersebut  di Hospital for Sick Children sudah mulai mengembangkan teknik2 intervensi dini untuk bayi yang menunjukkan ciri2 tersebut.
John Kelton, dekan dan vice president dari McMaster’s Faculty of Health Science mengatakan : “ Ini merupakan langkah maju yang penting. Kelompok di Offord Centre benar2 melakukan langkah nyata dalam memberikan penanganan yang lebih baik bagi anak2 dan keluarga dimana ada seorang yang menderita gangguan autistik".